2. Penafsiran Simbol atau
nilai Filosofi Teater
Istilah
filosofi berasal dari kata Yunani “philosophia”
yang berarti “cinta kearifan”. Kata lain dari filosofi adalah filsafah,
falsafah, falsafat), yang berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada. Sebab, asal, dan hukumnya. Definisi lain,
ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Sementara
Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS Poerwadarminta didefinisikan dengan :
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab, asas hukum, dan
sebagainya tentang segala yang ada dalam alam semesta, ataupun mengenai
kebenaran arti “adanya” sesuatu.
Filsafat
menurut anggapan orang Jawa ialah, usaha manusia untuk memperoleh pengertian
dan pengetahuan tentang hidup menyeluruh dengan mempergunakan kemampuan rasio
plus indera batin (cipta-rasa).
Maka bagi kita, berfilsafat berarti “cinta kesempurnaan” (ngudi kasampurnan, ngudi kawicaksanan) dan bukan
semata-mata “cinta kearifan”.
Jika
orang jawa menyebut bahwa wayang mengandung filsafat yang dalam, dunia
perwayangan memberi peluang bagi orang Jawa untuk melakukan suatu pengkajian
filsafi dan mistis sekaligus. Dunia perwayangan kaya sekali dengan lambang atau
pasemon, bahkan hampir
seluruh eksistensi wayang itu sendiri adalah “pasemon”.
Penggarap
teater , baik itu sutradara, pemain maupun para penata merupakan seniman
seniman penafsir. Mereka bertugas untuk
menafsirkan simbol-simbol yang terdapat dalam sastra drama dan
mentransformasikannya kedalam seni pentas. Dalam sastra drama terdapat
simbol-simbol yang terdapat simbol-simbol atau nilai-nilai bahasa, watak, tokoh
dan setting. Simbol-simbol tersebut 0leh dramawan ditafsirkan kedalam bentuk
pertunjukan. Setelah jadi karya teateratau pertunjukan. Dikomunikasikan kepada
penonton untuk ditafsirkan kembali oleh penonton.
3. Fungsi teater
tradisional
Teater
merupakan seni yang menyeluruh, karena seni selalu kerjasama (kolektif) secara
bersamama-sama antara sutradara dan pelaku, serta pelaku dengan tata rias dan
tata busana.
Seni Teater terbagi dalam beberapa jenis menurut ideologinya, menurut sumber dananya, menurut karakteristiknya, dan masih banyak pembagian seni teater berdasarkan pengalaman masing-masing pelakunya. Menurut karakteristiknya, Seni Teater dibagi menjadi 2, yaitu seni teater Tradisional dan seni teater Modern.
Seni Teater tradisional adalah seni teater yang bersifat kedaerahan berdasarkan tradisi, bergerak dengan sistem kekerabatan yang kental. Sedangkan seni teater modern adalah seni teater yang mempunyai dasar-dasar keilmuan yang mapan. Penulisan yang sudah berpatern, penokohan, latihan yang bersistem, dan semua hal yang sudah dibakukan sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Seni Teater terbagi dalam beberapa jenis menurut ideologinya, menurut sumber dananya, menurut karakteristiknya, dan masih banyak pembagian seni teater berdasarkan pengalaman masing-masing pelakunya. Menurut karakteristiknya, Seni Teater dibagi menjadi 2, yaitu seni teater Tradisional dan seni teater Modern.
Seni Teater tradisional adalah seni teater yang bersifat kedaerahan berdasarkan tradisi, bergerak dengan sistem kekerabatan yang kental. Sedangkan seni teater modern adalah seni teater yang mempunyai dasar-dasar keilmuan yang mapan. Penulisan yang sudah berpatern, penokohan, latihan yang bersistem, dan semua hal yang sudah dibakukan sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
teater yang berkembang
dikalangan rakyatdisebut teater tradisional, sebagai lawan dariteater modern
dan kontemporer. Teater tradisional tanpa naskah (bersifat
improvisasi).Sifatnya supel, artinya dipentaskan disembarang tampat. Jenis ini
masih hidup danberkembang didearah – daerah di seluruhIndonesia . Yang disebut
teater tradisional itu,oleh Kasim Ahmad
diklasifikasikan menjadi 3macam yaitu sebagai berikut
Teater
tradisional berfungsi sebagai sarana upacara, hiburan, dan presentasi estetis
yang berbaur menjadi satu dalam sebuah struktur kajian. Sebagai contoh;
Omah wayang yang mulai beroperasi pada
31 januari 2008 menjadi pusat study seni tradisional. Karena di sini memiliki
progam pengenalan, pendalaman, dan bentuk apresiasi seni budaya Jawa yang bisa
dinikmati para pengunjung. Selain itu Omah wayang juga memberikan layanan
pendidikan seni non formal tentang segala aspek budaya Jawa dan juga
turut serta memberdayakan masyarakat. Ada yang memang betul-betul senang pada
materi pertunjukan. Ada yang sekedar ikut-ikutan bersama teman. Ada yang untuk
mencari hiburan saja ,bahkan ada yang datang untuk tujuan lain, misalnya
mencari jodoh ( nonton yang nonton ).keseluruhan fungsi tersebut dikemas dalam
sebuah struktur pertunjukan atau sajian sehingga menjadi ciri khas tradisi.
Ciri-ciri umum teater rakyat diantaranya
1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah,dongeng,
mitologi atau kehidupan sehari-hari.
2. Penyajian dengan dialog,
tarian dan nyanyian
3. Unsur lawakan selalu
muncul
4. Nilai dan laku dramatik
dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi
sekaligus yaitu tertawa dan menangis.
5. Pertunjukan mempergunakan
tetabuhan atau musik tradisional .
6. Penonton mengikuti
pertunjukan secara santai dan akrab bahkan terlibat dalam pertunjukan dengan
berdialog langsung dengan pemain.
7. Mempergunakan bahasa
daerah.
8. Tempat pertunjukan terbuka
dalam bentuk arena ( dikelilingi penonton )